PENSIUN BUKAN MASA BERAKHIR
Oleh : Setyagi AM
Pensiun adalah masa awal kita untuk menjadi orang yang
mandiri. Pensiun bukanlah menjadi akhir dari segalanya. Hidup terus berjalan walau
masa pensiun telah tiba. Menganggap masa pensiun menjadi akhir dari kita harus
bekerja adalah anggapan kurang tepat. Hidup berarti bekerja, mati berarti
berhenti bekerja. Bekerja harus berjalan terus, bekerja mulai kita hidup sampai
Tuhan memanggil kita. Pensiun harus dianggap sebagai kelahiran kedua. Pensiun harus disambut dengan
penuh kegairahan karena kita akan memasuki masa dimana kita dituntut untuk benar-benar
menjadi “Seorang Pekerja” dan bukan
lagi menjadi “Seorang Pegawai.” Masa
pensiun mendidik orang untuk dapat hidup secara “berdikari”, yaitu hidup dan menghidupi hidup dengan mengolah
pekerjaannya sendiri, menikmati hasilnya sendiri dan menanggung resikonya
sendiri.
Pensiun tidak menjadikan kita menjadi orang yang harus mengisolir
diri. Pensiun tidak menjadikan orang yang harus menyepi dari keramaian orang.
Pensiun tidak menjadikan orang yang harus duduk-duduk menikmati makanan dan
minuman sambil medengarkan burung berkicau. Tetapi dengan pensiun kita tetap
melakukan aktivitas-aktivitas yang positif, aktifitas-aktifitas yang menggairahkan
sesuai dengan situasi dan kondisi keadaan kita. Kita tidak boleh tenggelam
dengan merasa sudah terlalu tua untuk bekerja,
merasa tidak pantas lagi bekerja. Justru dalam keadaan tidak bekerja, akal
pikiran, emosi, urat-urat syaraf dan sendi-sendi tidak beraktifitas akan
menyebabkan perlemahan disana-sini yang akan berdampak buruk pada kesehatan
fisik maupun batin. Dengan masih tetap bekerja menjadi seorang pekerja,
menjadikan “Wujud Syukur” kepada
Tuhan yang telah memberikan kehidupan sehingga menjadikan hidup yang
benar-benar hidup.
Tentu saja pekerjaan masa pensiun berbeda dengan dulu waktu
masih muda. Semuanya harus disesuaikan dengan keadaan usia, kesehatan fisik dan
kemampuan yang dipunyai. Kalaupun sudah tidak dapat melakukan apa-apa secara
fisik dan hanya bisa diam dan berdoa, itu juga merupakan bentuk dari bekerja
untuk memberikan kemanfaatan pada diri sendiri dan pada orang lain. Tetapi
kalau masih kuat, mempunyai kemampuan fisik, mental dan ketajaman berpikir
harus digunakan kemampuan tersebut semaksimal mungkin. Tidak perlu mengendorkan
daya juang yang membara untuk bekerja menghasilkan hasil-hasil kerja melimpah
ruah. Bukan kita ingin menimbun harta benda, apalagi kalau masa pensiun masih
mempunyai tanggung jawab untuk membiayai amanah-amanah yang diberikan oleh
Tuhan, maka tak ada kata lain “singsing
lengan baju, holo bis kuntul baris” seluruh anggota keluarga bahu membahu
untuk bekerja menghidupi keluarga.
Bekerja untuk keluarga merupakan pekerjaan yang mulia.
Ibarat sampahpun bisa menjadi emas berlian kalau pekerjaan itu ditujukan untuk
kebahagiaan keluarga. Tak ada kelelahan yang melelahkan bila pekerjaan itu
ditujukan untuk keluarga. “Keluarga
menjadi tempat berangkat dan keluarga menjadi tujuan kita berangkat dan
keluarga menjadi tempat kita pulang”. Tak boleh ada kata “Menyerah” dalam bekerja, yang penting
terus bergerak, bergerak dan bergerak. Ada pepatah “Ono Rino Ono Upo” ada pagi
hari pasti ada nasi asal kita mau menjemputnya, mampu menjemput sebutir
ambil sebutir, mampu menjemput sekilo ambil sekilo, mampu menjemput sekuwintal
ambil sekuwintal.
Pegawai dan pekerja itu sama-sama bekerja. Pegawai bekerja
pada orang lain, tetapi pekerja bekerja pada diri sendiri. Pegawai dan pekerja
hanyalah cara untuk mencari rejeki. Tidak ada yang salah dari pegawai menjadi
pekerja atau dari pekerja menjadi pegawai. Yang salah itu tidak pegawai dan
tidak pekerja jadi penganggur. Apalagi kalau menganggur-nya sudah lama dan
terus-menerus sehingga menjadi pengangguran. Marilah kita tetap bekerja dengan
giat, gigih seperti kita akan hidup 1000 tahun lagi, walau usia sudah senja.
Tuhan lebih senang orang yang bekerja dari pada orang yang menyerah dan
menganggur, karena Tuhan juga bekerja.
Masa pensiun perlu disiapkan sebaik-baiknya, mungkin 5 tahun
sebelum pensiun kita sudah harus mempersiapkan semuanya. Mempersiapkan masa
pensiun jangan terlalu mendadak, karena yang perlu dipersiapkan di masa pensiun
cukup banyak dan membutuhkan waktu yang cukup untuk mempelajari, menyesuaikan
pekerjaan/kegiatan yang akan kita lakukan setelah kita pensiun. Bentuk
usaha/kegiatan yang akan kita lakukan setelah masa pensiun perlu kita mantapkan
terlebih dahulu. Bentuk usaha tersebut harus sesuai dengan kondisi kita, baik
kondisi fisik, kondisi kemampuan, kondisi permodalan, kondidi tempat usaha,
kondisi keluarga dan lain sebagainya.
Sebaiknya usaha atau kegiatan yang dipilih adalah yang
menggunakan permodalan kecil, walau mungkin hasil dari usaha tersebut belum
terlalu besar. Hal ini disebabkan walau sudah kita persiapkan sebaik mungkin,
tetapi kita belum mempraktekkan sendiri atau kita belum mengerjakan sendiri
secara penuh, maka masih perlu waktu untuk langsung berusaha dengan permodalan
yang besar. Hal ini mengingat permodalan kita juga sangat terbatas.
Memilih teman usaha juga harus berhati-hati, sebaiknya
semuanya dibicarakan di awal walau mungkin itu terasa pahit. Hal ini untuk
menghindari permasalahan di kemudian hari. Mengingat usia kita tidak muda lagi,
kelihatan kurang bijaksana kalau harus ribut-ribut tentang usaha bersama
tersebut. Kerjasama usaha lebih baik dilakukan dengan sesama rekan yang sudah
pensiun, sehingga masalah-masalah yang dihadapi antara kita dan rekan usaha
hampir mirip-mirip. Berbeda kalau kita mempunyai rekan usaha yang masih usia
produktif, maka yang diinginkan mereka dengan kita mungkin banyak berbeda.
Marilah kita masukki masa pensiun dengan tenang, tetapi
tidak diam. Dengan santai, tetapi tidak nyantai. Masa Pensiun tidak menakutkan,
tetapi masa pensiun seperti mutasi pekerjaan saja. Tidak ada yang berbeda dengan
waktu kita masih bekerja. Perbedaannya kita sekarang yang mengatur diri kita
sendiri dalam bekerja dan tidak lagi diatur oleh atasan. Semoga kita dapat
melalui masa pensiun dengan bahagia. 11 Maret 2017, Sumsel. >>>>>
Komentar
Posting Komentar