Langsung ke konten utama

SABAR ADALAH PERJUANGAN



SABAR ADALAH PERJUANGAN
Oleh : Setyagi Agus Murwono



Sabar mudah diucapkan, tetapi sangat “Sulit” untuk dilaksanakan. Untuk melaksanakannya membutuhkan “Keberanian”, yaitu berani melawan napsu pada diri sendiri dan berani mengikuti hati nurani yang jernih. Napsu, hati nurani dan akal merupakan tiga kesatuan yang dimiliki manusia. Napsu akan menampilkan suatu perasaan ketidakpuasan terhadap kondisi yang terjadi. Hati nurani menampilkan rasa syukur terhadap kondisi yang terjadi. Napsu memposisikan benar atau salah, sebagai suatu kondisi “Harga Diri”. Hati nurani memposisikan benar-salah, sebagai suatu “Pembelajaran” buat manusia agar ada “Perbaikan Terus Menerus” dalam pelaksanaan hidup manusia. Dua kutub penggerak manusia ini, napsu dan hati nurani akan mempengaruhi Akal kita. Akal yang diisi dengan “Pengetahuan” akan menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu dapat meramu napsu dan hati nurani menjadi fasilitas Tuhan yang amanah. Tetapi jika manusia kurang mempunyai pengetahuan maka ramuan antara napsu dan hati nurani juga akan mempunyai kualitas yang lebih rendah dari pada manusia yang mempunyai pengetahuan lebih.
Sabar adalah hasil olah akal manusia yang diisi dengan pengetahuan yang bersumber pada hakiki kebenaran, yaitu kebenaran dari Tuhan. Karena bersumber dari kebenaran Tuhan maka wajib manusia mempercayai dan melaksanakan dalam kehidupannya sebagai solusi dalam kebuntuan kondisi hidup yang sedang dialami oleh manusia. Sabar yang dipengaruhi oleh napsu tidak benar akan mendorong manusia untuk “Menyalahkan akal yang memilih solusi sabar dalam merespon kondisi yang terjadi yang telah diusahakan dengan maksimal. Sabar yang dipengaruhi oleh hati nurani akan mendorong manusia untuk Pasrah” menerima kondisi yang terjadi setelah diusahakan secara maksimal. Sedangkan sabar sebagai hasil ramuan bersama antara akal, napsu dan hati nurani akan memunculkan respon aktual untuk “Menyelesaikan Masalah” atas kondisi yang terjadi dan dalam pelaksanaannya selalu menempatkan manusia dalam tataran “Usaha”, Tuhan dalam tataran Hasil”.
Sabar harus ditempuh dengan Perjuangan”, karena dalam pelaksanakannya akan terjadi peperangan yang hebat antara akal, napsu dan hati nurani. Untuk itu maka membutuhkan “Keberanian, Kegigihan dan Keuletan” untuk menjalaninya agar muncul kesabaran yang “Dinamis dan Kontruktif” yang berisi usaha dan doa. Sabar membutuhkan keberanian karena manusia harus berani mengalahkan harga dirinya demi mencapai harapan yang dituju. Sabar membutuhkan kegigihan karena dalam melaksanakannya banyak sekali hambatan dan kendala yang merintangi, sehingga harus terus menerus menggunakan akalnya untuk berpikir solusi mengatasi hambatan dan kendala tersebut. Sabar membutuhkan keuletan karena dalam pelaksanaannya banyak kondisi yang melelahkan dan membuat patah arang, sehingga jika tidak ulet melaksanakan maka sulit untuk tercapainya hasil dari sabar tersebut.
Sabar dapat berujud dalam dimensi “Waktu”, dapat berujud dalam dimensi “Jarak”, dapat berujud dalam dimensi “Luas”, dapat berujud dalam dimensi Berat”, atau dapat berujud dalam dimensi-dimensi yang lain. Contohnya, menunggu buka puasa adalah bentuk sabar dalam dimensi waktu, mencari ilmu sampai negeri cina adalah sabar dalam dimensi jarak, bergerak terus dengan pelampung ketika musibah kapal tenggelam ditengah lautan adalah bentuk sabar dalam dimensi luas. Tidak bunuh diri walau tubuhnya ditumbuhi dengan kawat atau terkenal menjadi manusia kawat adalah bentuk sabar dalam dimensi luas. Dan masih banyak contoh-contoh bahwa Sabar membutuhkan Perjuangan”.  
Manusia hidup itu sebenarnya menjalani rangkaian senang dan susah, silih berganti mulai dari kelahiran sampai nanti menuju kematian. Dalam menghadapi kesusahan yang tidak mengenakan, kita berjuang untuk diubah menjadi kesenangan. Setelah itu muncul lagi kesusahan berikutnya dan kita pun berjuang kembali untuk merubah menjadi kesenangan. Ini semua dapat dilakukan karena ada kesadaran bahwa kita harus menghadapai dengan sabar dan dilakukan dengan perjuangan yang gigih.
Manusia hidup pada hakekatnya untuk berbuat sesuatu sebagai bentuk pengabdian kita pada Tuhan. Kita melakukan sesuatu harus didasari dengan cara yang benar dan hasil yang halal. Perbuatan kita yang kita persembahkan pada Tuhan tentunya harus berisi hal-hal yang baik dan benar. Sementara itu godaan manusia cukup banyak dan semua berada disekeliling kita. Godaan yang terjadi pada diri kita, semuanya adalah jalan pintas, jalan cepat tanpa harus bersusah payah tetapi mendapat hasil. Disinilah sebenarnya kesabaran kita diuji, apakah dalam rangka berusaha untuk mendapatkan hasil kita lakukan dengan cara yang benar atau kita memilih melakukannya dengan cara jalan pintas agar cepat ada hasil dan hasil melimpah ruah tanpa harus kerja keras.
Karena apa yang kita perbuat untuk mendapatkan hasil dan hasilnya untuk kita nikmati, maka kita tidak boleh perbuatan itu dilakukan dengan cara yang tidak benar. Untuk melakukan yang benar tidaklah mudah karena godaan memang merupakan bagian dari hidup kita. Godaan ini bagaikan tempat kita mengasah diri agar kita semakin berkualitas dalam hidup ini. Maka kita harus menang menghadapi godaan-godaan ini. Untuk dapat memenangkan menghadapi godaan di sekitar kita, maka kita harus “Sabar” untuk selalu berbuat dengan cara yang baik, walaupun hasilnya tidak sepesat, secepat dan sebesar dengan menggunakan jalan pintas. Maka dari itu “Sabar adalah Perjuangan” kita untuk tidak tergoda melakukan jalan pintas, yang mana hasilnya nanti “Pasti” tidak dapat kita nikmati. Dan kalau kita tidak dapat menikmatinya, apakah artinya hasil yang banyak dengan cara mendapatkannya dengan jalan yang tidak benar.>>>>>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TATA - TITI - TATAK - TUTUK (MENATA-MENELITI-MEMANTAPKAN-MELAKSANAKAN

TATA – TITI – TATAK – TUTUK (Menata – Meneliti – Memantapkan - Melaksanakan)    Oleh : Setyagi Agus Murwono Akhir-akhir ini banyak kejadian orang melakukan kesalahan karena kurang hati-hati atau bahasa jawanya teledor. Ada yang ngomongnya keliru, ada yang tindakannya keliru walaupun mereka sendiri sebenarnya tidak mempunyai maksud yang demikian. Memang kurang hati-hati ini hal yang sepele, hal yang remeh, tetapi kalau tidak diperhatikan dapat membuat masalah yang besar dan bisa sampai ke masalah pidana. sehingga menyebabkan masalah-masalah yang serius, bahkan sampai berujung pada kasus pidana. Kalau sudah demikian baru kita merasakan penyesalan, karena sebenarnya hal tersebut bisa dihindari. Apa sebenarnya yang menyebabkan orang tidak berhati-hati ?. Penyebab orang tidak berhati-hati sebenarnya banyak sekali, tetapi secara garis besarnya disebabkan oleh “Persiapan” yang kurang atau tidak dilakukan. Orang seri...

MERUBAH KEJADIAN BURUK MENJADI KEJADIAN BAIK

MERUBAH KEJADIAN BURUK MENJADI KEJADIAN BAIK Oleh : Setyagi AM Setiap orang menginginkan kejadian-kejadian dalam hidupnya adalah kejadian-kejadian yang baik, membanggakan. Tapi dalam kenyataannya sering orang mengalami kejadian-kejadian yang buruk, kadang memalukan dan lebih parah lagi menyebabkan orang tersebut menjadi frustasi dan putus asa. Haruskah demikian kita menghadapi suatu kejadian buruk?. Tentu jawabnya adalah “tidak.” Kita bukan sebangsa orang yang lemah, orang yang mudah menyerah, orang yang seakan-akan tak berarti lagi. Kita adalah orang yang kuat, tegar, jatuh-bangun-jatuh-bangkit lagi. Maka kita harus mampu “Merubah kejadian buruk untuk dapat menjadi kesempatan berubah menjadi kejadian yang baik.” Lalu bagaimana caranya merubah kejadian buruk menjadi kesempatan untuk munculnya kejadian yang baik?. Caranya adalah kita harus memahami bahwa setiap kejadian pasti membutuhkan tanggapan kita, maka kejadian apapun itu yang baik atau lebih-lebih yang b...